Perlu diketahui
bahwasannya apa yang diposting kali ini bukan merupakan karya tulis saya secara
murni, saya hanya menerjemahkan materi mengenai "sistem sensorimotor" ini sebagai bahan materi ajar perkuliahan bipsikologi dari buku "BIOPSYCHOLOGY" Edisi ke 6 KARYA John P. J. Pinel & Steven J. Barnes.
Adapun baiknya bagi mahasiswa untuk
membaca dan memahami materi ini dari buku rujukan yang telah dipublish,
postingan ini hanya menjadi pembantu ketika buku asli sangat tidak dimengerti,
kenapa? karena pengalih bahasaan pada postingan ini masih mempunyai banyak
kekurangan dan penerjemahnya pun tidak pernah tinggal dinegara-negara berbahasa
Inggris selama 5 tahun. begitu pula postingan ini tidak sampai tuntas membahas
sistem sensorimotor, terdapat beberapa bagian dalam sistem ini yang belum
terbahas.
Sistem sensorimotor dapat diibaratkan dengan sebuah perusahaan
besar yang efisien, perusahaan tersebut dikendalikan oleh atasan tertinggi
yaitu direktur tertinggi/president (Korteks Asosiasi) dan bawahannya yaitu para
pekerja (otot). Kinerja dalam perusahaan ini bersistem Hirarki Paralel,
dimana perintah-perintah turun ke bawah melalui tingkatan-tingkatan hierarki pada beberapa jalur (lihat Graziano, 2009).
Seperti pemerintahan dalam perusahaan, perintah yang dikeluarkan oleh Korteks
Asosiasi bersifat lebih umum ketimbang spesifik dan detail, level hirarki yang
lebih tinggi (korteks asosiasi/president) lebih cenderung melakukan fungsi yang
lebih kompleks. Struktur parallel pada system ini memungkingkan Kortek
Asosiasi/President perusahaan untuk melakukan control terhadap tingkat hirarki
yang lebih rendah (otot/pegawai) melalui berbagai cara. Seperti President
perusahaan yang secara pribadi dapat mengatur pengiriman ke pelanggan penting,
sama halnya dengan Korteks Asosiasi yang secara langsung dapat menghambat
reflex kedipan mata ketika seseorang sedang memakai lensa kotak, dengan kata
lain setiap tingkat sensorimotor dalam hirarki perusahaan cenderung terdiri
dari unit yang berbeda (struktur syaraf) dan mempunyai fungsi-fungsi berbeda
pula. Pada system sensorimotorik arah utama arus informasi mengalir turun
sesuai hirarki berbeda dengan system sensorik yang arus informasi justru
mengalir keatas.
Output motor ditentukan oleh input sensori, seperti halnya perusahaan fleksibel yang mencari informasi mengenai dampak/efek kegiatan mereka dengan
melakukan pengecekan, kemudian menggunakan informasi tersebut untuk memperbaiki
kegiatan mereka di kemudian hari, maka. Sistem sensorimotor juga melakukan hal
yang sama. Mata, organ keseimbangan, dan reseptor di kulit, otot, dan
persendian semuanya memantau respons tubuh, dan mereka mengembalikan
informasinya kembali ke sirkuit sensorimotor. Arus balik sensori ini berperan
penting dalam mengarahkan kelanjutan dari respon-respon yang dihasilkan.
Satu-satunya respons yang tidak dipengaruhi oleh arus balik sensori ini adalah
gerakan Balistik atau gerakan singkat, berkecepatan tinggi, seperti memukul
lalat.
Penyesuaian output motor sebagai respons dari arus balik sensori
dikendalikan secara tidak sadar oleh tingkat yang lebih rendah (staff) dari
hierarki sensorimotor tanpa keterlibatan tingkat yang lebih tinggi/president
perusahaan. Perusahaan besar (system sensorimotor) bekerja lebih efisien
apabila pegawai tidak melakukan pemeriksaan dengan presiden perusahaan setiap
kali mereka menghadapi masalah kecil. Sebagai contoh terdapat kasus G.O pria
yang mempunyai gangguan arus balik ada system sensorimotor disebabkan Infeksi yang
menghancurkan saraf somatosensori lenganya, ia mengalami kesulitan melakukan
respons yang rumit seperti memasukkan kancing atau mengambil koin, meskipun
dengan bantuan visual. Kesulitan lainnya dihasilkan dari ketidakmampuanna
menyesuaikan output motor dengan adanya gangguan eksternal yang tidak terduga;
misalnya, dia tidak bisa mencegah menumpahkan secangkir kopi jika seseorang
menepuknya. Namun, masalah terbesar G. adalah ketidakmampuannya untuk
mempertahankan tingkat kontraksi otot yang konstan. Apabila ia mendapatkan
tugas-tugas sederhana yang membutuhkan output motor yang konstan di tangan, ia
harus melakukan pemantauan visual yang berkelanjutan. Misalnya, ketika membawa
koper, dia harus memerhatikan koper tersebut untuk meyakinkan dirinya sendiri
bahwa dia belum menjatuhkannya. Namun begitu, arus balik visual tidak banyak
berguna baginya dalam menjalankan tugas-tugas yang memerlukan kekuatan konstan,
seperti tugas-tugas memegang pena saat menulis atau memegang cangkir. Dia tidak
merasakan indikasi tentang tekanan yang dia lakukan pada objek; yang dia lihat
hanyalah pena atau cangkir yang terlepas dari genggamannya.
Perubahan dasar dan Lokus Kontrol Sensorimotor. Ketika sebuah perusahaan baru berjalan, setiap keputusan dibuat oleh
presiden perusahaan dengan pertimbangan yang cermat. namun ketika perusahaan
berkembang, banyak tindakan hanya dikoordinasikan pada prosedur tingkat
hierarki yang lebih rendah. Perubahan serupa terjadi dalam system sensorimotor.
Selama tahap awal pembelajaran motorik, setiap respons individu dilakukan di
bawah kendali sadar; kemudian, setelah banyak latihan, respons individu menjadi
terorganisir ke dalam urutan tindakan terintegrasi yang berkelanjutan yang
mengalir dengan lancar dan disesuaikan oleh umpan balik indera tanpa pengaturan
sadar. Jika kita berpikir sejenak tentang keterampilan sensorimotor yang telah kita
peroleh (misalnya, mengetik, berenang, merajut, bermain bola basket, menari,
bermain piano), kita akan mengerti bahwa proses perubahan reson awal menjadi
respon yang telah terbiasa/berkelanjutan dan perpindahan dari respon yang
awalnya kontrol ke level yang lebih rendah (dibawah sadar) dari CNS mencirikan
sebagian besar pembelajaran sensorimotor.
Model
Umum dari Fungsi Sistem Sensorimotor, Struktur
saraf yang memainkan peran penting dalam kontrol perilaku sukarela (mis.,
Mengambil apel). Ini dimulai pada tingkat asosiasi korteks dan melacak sinyal
motorik utama ketika mereka turun hierarki sensorimotor ke otot rangka yang
pada akhirnya melakukan gerakan.
1.
Korteks
Asosiasi Sensorimotor, menjadi
bagian paling atas ada hierarki sensorimotor yang terbagi menjadi dua, yaitu: Posterior
Parietal Association Cortex dan Dorsolateral Prefrontal Association
Cortex. masing-masing tersebut mempunyai bagian berbeda dengan fungsi yang
berbeda (lihat Davare et al., 2011; Wilson et al., 2010).
a)
Posterior
Parietal Association Cortex
Stimulus
tertentu diperlukan sebelum output atau gerakan yang efektif dapat terjadi.
Sistem saraf harus mengetahui posisi dari bagian-bagian tubuh yang akan
digerakan (missal: tangan kanan), dan ia harus mengetahui posisi benda-benda
eksternal yang akan berinteraksi dengan bagian tubuh (missal: apel). Korteks
asosiasi parietal posterior (bagian neokorteks parietal posterior dengan
korteks somatosensori primer) memainkan peran penting dalam mengintegrasikan
kedua jenis informasi ini, dalam mengarahkan gerakan dengan menyediakan
informasi spasial, dan mengarahkan perhatian (Hutchinson et al., 2014; Kuang,
Morel, & Gail, 2015; WIlber et al., 2014).
Korteks
parietal posterior diklasifikasikan sebagai korteks asosiasi karena ia menerima
input lebih dari satu sistem sensorik. Ia menerima informasi dari tiga sistem
sensorik yang berperan dalam penempatan posisi tubuh dan objek-objek eksternal:
sistem visual, sistem pendengaran, dan sistem somatosensorik (Sereno dan Huang
(2014). Output dari korteks parietal posterior tersambung ke area korteks
motorik yang terletak di korteks frontal- ke korteks asosiasi prefrontal
dorsolateral, ke berbagai area korteks motor sekunder, dan ke bidang mata
frontal— area kecil dari korteks prefrontal yang mengontrol pergerakan mata.
Studi elektrofisiologis pada monyet acaque dan fungsional magnetic resonance
imaging (fMRI) dan fungsional stimulasi magnetik transkranial (TMS) studi pada
manusia menunjukkan bahwa korteks parietal posterior berisi mosaic daerah
kecil, masing-masing khusus untuk memandu gerakan tertentu mata, kepala,
lengan, atau tangan (Man et al., 2015; Wang et al., 2015).
Percobaan
pada penelitian Desmurget dan colleagues (2009) menemukan bahwa seseorang dapat
mengontrol aktivitas neuron tertentu dengan membayangkan tindakan tertentu. Pada
penelitian tersebut sebuah komputer dirancang untuk menggambarkan pola neuron
pada pasien menjadi citra motorik; pencitraan motorik seperti itu membentuk
imajiner tertentu, lintasan imajinasi tertentu dari gerakan anggota tubuh, dan
imajinasi dari berbagai jenis gerakan. Kerusakan pada posterior parietal cortex
dapat menyebabkan macam-macam kerusakan, imeliputi kerusakan dalam persepsi dan
spasial memori (ruang, bidang, bentuk, jarak, luas, arah atau posisi),
keakuratan dalam menggenggam dan menggapai benda, mengatur pergerakan
mata, dan atensi (see Andersen et al.,
2014; Turella & Lingnau, 2014). Apraxia dan Contralateral neglect adalah
konsekuensi terburuk dari kerusakan of posterior parietal cortex.
Apraxia
adalah gangguan gerakan bertujuan/disengaja yang tidak disebabkan
oleh defisit motorik sederhana (bukan kelumpuhan atau kelemahan) atau karena
defisit dalam pemahaman atau motivasi (lihat Neissen, Fink, & Weiss, 2014).
Hebatnya, pasien apraxic mengalami kesulitan membuat gerakan tertentu ketika
mereka diminta untuk melakukannya, terutama ketika gerakan itu di luar konteks;
Namun begitu, mereka dapat dengan mudah melakukan gerakan yang sama dengan
alami ketika mereka tidak memikirkan apa yang sedang mereka lakukan. Sebagai
contoh, seorang tukang kayu apraxic yang sama sekali tidak memiliki kesulitan
memalu paku selama pekerjaannya mungkin tidak dapat menunjukkan gerakan memalu
ketika diminta untuk membuatnya, terutama tanpa adanya palu. Meskipun gejalanya
bilateral, apraksia sering disebabkan oleh kerusakan unilateral pada korteks
parietal posterior kiri atau koneksinya (Hoeren et al., 2014; Neissen, Fink,
& Weiss, 2014).
Contralateral
neglect adalah konsekuensi mencolok lain
dari kerusakan korteks parietal posterior, yang merupakan gangguan kemampuan
untuk menanggapi rangsangan pada sisi tubuh yang berlawanan (kontralateral) ke
sisi abnormal otak tanpa adanya sensorik sederhana atau defisit motorik. .
Sebagian besar pasien dengan Contralateral neglect sering berperilaku
seolah-olah sisi kiri dunia mereka tidak ada(?), dan mereka tidak mengerti/tidk
menyadari bahwa mereka memiliki masalah (lihat Li & Malhotra, 2015).
Gangguan ini sering dikaitkan dengan gangguan abnormal pada korteks parietal
posterior kanan (lihat Mort et al., 2003; Van Vleet & Robertson, 2006),
meskipun kerusakan pada daerah otak lain juga terlibat (lihat Karnath &
Otto, 2012).
b)
Dorsolateral
Prefrontal Association Cortex
bagian
lainnya dari cortex asosiasi yang memiliki fungsi sensorimotor yang penting
adalah cortex asosiasi prefrontal dorsolateral (lihat Kaller et al., 2011). Ia
menerima proyeksi dari korteks parietal posterior, dan mengirimkan proyeksi
tersebut ke area korteks motorik sekunder, ke korteks motorik primer, dan ke
bidang mata frontal. Beberapa penelitian telah menandai aktivitas neuron
prefrontal dorsolateral seperti saat monyet mengidentifikasi dan merespons
objek (mis., Rao, Rainer, & Miller, 1997). Aktivitas beberapa neuron
tergantung pada karakteristik objek; aktivitas lain tergantung pada lokasi
objek; dan aktivitas yang lain tergantung pada kombinasi keduanya. Aktivitas
neuron prefrontal dorsolateral lainnya terkait dengan respons daripada pada
objek. Neuron-neuron ini biasanya mulai aktif sebelum respon dan terus aktif
sampai respon selesai. Neuron di beberapa area kortikal motorik mulai
teraktivasi untuk mengantisipasi aktivitas motorik (lihat Rigato, Murakami,
& Mainen, 2014; Siegel, Buschman, & Miller, 2015), tetapi mereka yang
berada di korteks asosiasi prefrontal dorsolateral cenderung menembak lebih
dulu. Ciri dari respon syaraf
dorsolateral prefrontal menunjukan keputusan untuk memulai gerakan disengaja
yang dibuat di area cortex (Rowe et al., 2000; Tanji & Hoshi, 2001), namun
keputusan itu tergantung pada ineraksi dengan posterior parietal cortex dan
area lain di frontal cortex (Lee, Seo, & Jung, 2012).
2.
Secondary
Motor Cortex
Area korteks motorik sekunder adalah bagian system sensimotor yang
menerima banyak input dari korteks asosiasi (Korteks parietal posterior dan
korteks prefrontal dorsolateral) dan mengirimkan sebagian besar outputnya ke
korteks motorik primer. Selama bertahun-tahun, hanya dua area korteks motor
sekunder yang diketahui yaitu: supplementary motor (motor tambahan) dan
premotor cortex (korteks premotor). Kedua area luas ini terlihat jelas pada permukaan lateral
lobus frontal, tepat di depan korteks motorik primer. Area motor tambahan
membungkus dari atas lobus frontal dan memanjang ke bawah permukaan medial ke
celah longitudinal, dan korteks premotor berjalan dalam strip dari daerah motor
tambahan ke celah lateral.
Dua konsepsi sederhana korteks motorik sekunder telah menjadi lebih
kompleks. Penelitian neuroanatomik dan neurofisiologis dengan monyet telah
menjadi kasus pada delapan area korteks motorik sekunder di belahan bumi,
masing-masing dengan subdivisi sendiri (lihat Nachev, Kennard, & Husain,
2008): tiga area motor upplementary yang berbeda (SMA, preSMA , bidang mata
tambahan), dua area premotor (dorsal dan ventral), dan tiga area kecil —
cingulate motor — di korteks gyrus cingulate. Meskipun sebagian besar
penelitian tentang korteks motorik sekunder dilakukan pada monyet, penelitian
pencitraan otak fungsional mengatakan bahwa korteks motorik sekunder manusia
juga terorganisir hamir miri dengannya (lihat Caminiti, Innocenti, & Battaglia,
Mayer, 2015). Korteks motorik sekunder harus terhubung secara tepat dengan asosiasi
dan area motorik sekunder. Stimulasi listrik pada area korteks motorik sekunder
biasanya memunculkan gerakan kompleks, seringkali melibatkan kedua sisi tubuh.
Neuron di area korteks motorik sekunder sering menjadi lebih aktif sesaat
sebelum inisiasi gerakan sukarela dan terus aktif sepanjang gerakan. Secara
umum, area korteks motorik sekunder dianggap terlibat dalam pemrograman gerakan
tertentu setelah mengambil instruksi dari korteks prefrontal dorsolateral
(lihat Pearce & Moran, 2012). Bukti fungsi semacam itu berasal dari studi
pencitraan otak di mana pola aktivitas di otak telah diukur sementara seorang
sukarelawan membayangkan kinerja sendiri dari serangkaian gerakan tertentu atau
merencanakan kinerja gerakan yang sama (lihat Olshansky et al., 2015; Park et
al., 2015). Meskipun bukti kesamaan di antara daerah korteks motorik sekunder,
upaya substansial telah dilakukan untuk menemukan perbedaan mereka. Sampai saat
ini, penelitian ini telah memfokuskan pada perbedaan antara area motor tambahan
dan korteks premotor seperti yang didefinisikan sebelumnya. Meskipun beberapa
teori telah diajukan untuk menjelaskan perbedaan fungsional antara
bidang-bidang ini (mis., Hoshi & Tanji, 2007), tidak ada yang menerima
dukungan yang konsisten. Sebagai batas antara berbagai area korteks motorik
sekunder menjadi lebih akurat ditandai, tugas menentukan fungsi masing-masing
daerah menjadi lebih mudah.
Beberapa penemuan telah menarik minat para ilmuwan saraf seperti
penemuan neuron cermin/Mirror neuron (lihat Rizzolatti & Fogassi, 2014). Cermin
neuron adalah neuron yang aktiv ketika seorang individu mengamati gerakan
tangan oranglain dan kemudian melakukan gerakan yang sama (meniru). Cermin neuron ditemukan pada awal 1990-an di
laboratorium Giacomo Rizzolatti (lihat Ferrari & Rizzolatti, 2014).
Rizzolatti dan rekan-rekannya telah mempelajari kelas neuron premotor ventral
monyet kera yang tampaknya menyandikan objek tujuan tertentu; yaitu,
neuron-neuron teraktivasi ketika monyet meraih satu objek (mis., mainan) tetapi
tidak ketika monyet meraih objek lain. Kemudian, para peneliti memperhatikan
sesuatu yang aneh: Penemuan neuron cermin di daerah premotor ventral menimbulkan
kegemparan karena syaraf ini menjadi suatu ilmu yang memungkinkan untuk mempelajari kognisi
sosial (pengetahuan tentang persepsi, ide, dan niat orang lain). Memetakan
tindakan orang lain ke repertoar tindakan sendiri akan memfasilitasi pemahaman
sosial, kerja sama, dan imitasi (lihat Bernhardt & Singer, 2012; Cook et
al., 2014; Heyes, 2010; Ocampo & Kritikos, 2011; Rizzolatti &
Sinigaglia, 2010) .
Mirror neuron memainkan peran dalam kognisi sosial yang datang dari
demonstrasi yang mengsahilkan bahwa neuron-neuron ini merespon pemahaman
tentang tujuan suatu tindakan (Rizzolatti & Sinigaglia, 2010; tetapi lihat
Churchland, 2014). Sebagai contoh, neuron cermin yang bereaksi ketika melihat
suatu tindakan yang mengeluarkan suara (misalnya, memecahkan kacang tanah)
ternyata merespons sama kuatnya dengan suara itu sendiri — dengan kata lain, mereka
merespons sepenuhnya tindakan tertentu dan tujuannya. terlepas dari bagaimana
itu terdeteksi. Memang, banyak neuron cermin premotor ventral terktivasi bahkan
ketika seekor monyet tidak merasakan aksi kunci tetapi hanya menciptakan
representasi mental dari itu.
Cermin neuron telah ditemukan di beberapa area kera frontal monyet
dan korteks parietal (lihat Bonini & Ferrari, 2011; Giese & Rizzolatti,
2015). Namun, meskipun lebih dari 300 penelitian "sistem cermin"
telah dilakukan pada manusia, deskripsi neuron cermin pada manusia masih
menjadi perbincangan (lihat Molenberghs, Cunnington, & Mattingley, 2012).
Ada beberapa peluang untuk merekam temuan neuron individu pada manusia sambil
melakukan tes perilaku yang diperlukan.
Sebagian besar penelitian tentang mekanisme neuron cermin manusia telah
menjadi studi MRI fungsional. Banyak penelitian ini telah menemukan area
korteks motorik manusia yang aktif ketika seseorang melakukan, menonton, atau
membayangkan tindakan tertentu (mis., Rizzolatti & FabbriDestro, 2008;
Rodriguez et al., 2008). Tidak ada bukti langsung bahwa neuron neuron
bertanggung jawab atas temuan manusia ini - ada kemungkinan bahwa neuron yang
berbeda di area kortikal yang sama berkontribusi pada aktivitas MRI fungsional
dalam berbagai kondisi yang berbeda ini. Namun, mekanisme iror yang
diidentifikasi oleh MRI fungsional pada manusia cenderung berada di area
korteks yang sama seperti yang diidentifikasi oleh rekaman sel tunggal pada
kera (Molenerghs et al., 2012).
3.
Primary
Motor Cortex
Korteks motor primer terletak di girus precentral dari lobus
frontal. Ini adalah titik utama konvergensi sinyal sensorimotor kortikal, dan
merupakan titik tolak utama, tetapi bukan satu-satunya, titik sinyal
sensorimotor dari korteks serebral. Pemahaman tentang fungsi korteks motorik
primer telah mengalami perubahan yang radikal selama dua dekade terakhir -
lihat Graziano (2015).
a)
Pandangan
Konvensional Fungsi Korteks Motor Primer
Pada
tahun 1937, Penfield dan Boldrey memetakan korteks motor primer pasien manusia
selama bedah saraf dengan menerapkan stimulasi listrik berintensitas rendah ke
berbagai titik di permukaan kortikal dan mencatat bagian tubuh mana yang
bergerak sebagai respons terhadap setiap stimulasi. Mereka menemukan bahwa
stimulasi setiap situs kortikal mengaktifkan otot kontralateral tertentu dan
menghasilkan gerakan sederhana. Ketika mereka memetakan hubungan antara
masing-masing kortikal dan otot yang diaktifkan oleh stimulasinya, mereka
menemukan bahwa korteks motorik primer diatur secara somatotopically — yaitu,
mengikuti peta tubuh. Tata letak somatotopik korteks motor primer manusia
biasanya disebut sebagai motor homunculus. Perhatikan bahwa sebagian besar
korteks motorik primer didedikasikan untuk mengendalikan bagian-bagian tubuh
yang mampu melakukan gerakan rumit, seperti tangan dan mulut.
Penting
untuk memahami setiap situs di korteks motorik primer menerima umpan balik
indera dari reseptor di otot dan persendian yang dipengaruhi situs. Satu
pengecualian yang menarik untuk umpan balik umum ini telah dijelaskan pada
monyet: Monyet memiliki setidaknya dua area tangan yang berbeda di korteks
motorik utama setiap belahan bumi, dan seseorang menerima input dari reseptor
di kulit daripada dari reseptor di otot dan persendian. Agaknya, adaptasi
terakhir ini memfasilitasi stereognosis - proses mengidentifikasi objek dengan
sentuhan. Tutup mata Anda dan jelajahi objek dengan tangan Anda; perhatikan
bagaimana stereognosis tergantung pada interaksi yang kompleks antara respons
motorik dan stimulasi somatosensori yang dihasilkan oleh mereka (lihat Kappers,
2011). Apa fungsi dari masing-masing motor neuron korteks primer? Sampai
barubaru ini, masing-masing neuron dianggap menyandikan arah gerakan. Bukti
utama untuk ini adalah temuan bahwa setiap neuron di daerah lengan korteks
motorik primer aktiv secara maksimal ketika lengan mencapai ke arah tertentu,
dan bahwa setiap neuron memiliki arah pilihan yang berbeda.
b)
Pendapat
baru-baru ini tentang Fungsi Korteks Motor Primer.
Upaya
terbaru dalam memetakan korteks motorik primer telah menggunakan teknik
stimulasi baru — lihat Graziano (2015). Alih-alih menstimulasi dengan pulsa
singkat arus yang tepat di atas ambang batas untuk menghasilkan reaksi, para
peneliti telah menggunakan semburan arus yang lebih lama (misalnya 0,5 hingga 1
detik; lihat Van Acker et al., 2014), yang lebih mirip dengan durasi respons
motorik. Hasilnya luar biasa: Alih-alih memunculkan kontraksi otot-otot individu,
arus-arus ini memunculkan rangkaian respons naturallooking yang kompleks.
Sebagai contoh, stimulasi di satu tempat menghasilkan respons makan: Lengan
meraih ke depan, tangan tertutup seolah-olah menggenggam makanan, tangan yang
tertutup dibawa ke mulut, dan akhirnya mulut terbuka. Studi-studi baru-baru ini
telah mengungkapkan organisasi somatotopik kasar - yaitu, stimulasi di daerah wajah cenderung menimbulkan gerakan wajah.
Namun, respons yang ditimbulkan adalah gerakan spesifik yang kompleks yang melibatkan
beberapa bagian tubuh (mis., Tangan, bahu, dan mulut), daripada kontraksi otot
individu (lihat Ejaz, Hamada, & Diedrichson, 2015). Juga, situs yang
memindahkan bagian tubuh tertentu sangat tumpang tindih dengan situs yang
memindahkan bagian tubuh lainnya (Sanes et al., 1995). Agaknya itulah sebabnya
keabnormalan di daerah tangan korteks motorik utama manusia (Scheiber, 1999)
atau monyet (Scheiber & Poliakov, 1998) tidak secara selektif mengganggu
aktivitas satu jari.
Pandangan
konvensional mengatakan bahwa neuron motor cortex primer disetel untuk bergerak
ke arah tertentu juga telah ditentang. Dalam banyak penelitian yang telah
mendukung pandangan konvensional ini, subjek monyet dilatih untuk membuat
gerakan lengan dari titik awal pusat sehingga hubungan antara aktivasi saraf
dan arah gerakan dapat dinilai secara tepat. Dalam setiap kasus, setiap neuron
aktiv hanya ketika gerakan dilakukan pada sudut tertentu. Namun, suatu
alternatif gagasan neuron motor dikodekan ke sudut pergerakan tertentu telah datang
dari temuan studi di mana aktivitas neuron motor korteks primer individu
dicatat sebagai monyet bergerak dengan bebas (lihat Graziano, 2015; Harrison
& Murphy , 2014) —terlebih daripada ketika mereka melakukan gerakan lengan
yang sederhana dan dipelajari dari titik awal yang ditetapkan. Penemuan banyak
neuron korteks motorik primer pada kera yang bergerak bebas sering dikaitkan
dengan titik akhir dari suatu gerakan, bukan pada arah gerakan itu. Artinya,
jika monyet mencapai ke lokasi tertentu, neuron motor cortex primer yang
sensitif terhadap lokasi target cenderung menjadi aktif terlepas dari arah
gerakan yang diperlukan untuk mencapai target.
Pentingnya target gerakan, daripada arah gerakan, untuk fungsi korteks
motorik primer juga terlihat dalam studi stimulasi (lihat Graziano, 2015;
Harrison & Murphy, 2014). Sebagai contoh, jika stimulasi dari situs korteks
motorik tertentu menyebabkan lengan kiri lurus menekuk siku ke sudut 90
derajat, stimulasi yang sama dari situs yang sama menyebabkan lengan yang
ditekuk dengan erat untuk diluruskan hingga 90 derajat. Dengan kata lain,
stimulasi korteks motorik yang sama dapat menghasilkan gerakan berlawanan
tergantung pada posisi awal, tetapi posisi akhir gerakan tetap sama.
Terdapat
implikasi yang dapat diambil dari temuan ini —yang kontra-intuitif. Pertama,
temuan ini berarti bahwa sinyal dari setiap situs di korteks motor primer
sangat berbeda, sehingga setiap situs tertentu memiliki kemampuan untuk
mendapatkan bagian tubuh (mis., Lengan) ke lokasi target terlepas dari posisi
awal. Kedua, itu berarti bahwa sistem sensorimotor pada dasarnya adalah
plastik. Rupanya, setiap lokasi di korteks motorik primer dapat menghasilkan
pola kontraksi otot yang tak terhitung yang dibutuhkan untuk mendapatkan bagian
tubuh dari titik awal mana pun ke lokasi target (Davidson et al., 2007). Dengan
demikian, telah disarankan bahwa korteks motorik primer berisi peta tindakan
(lihat Graziano, 2015) di samping peta topografinya.
References :
PinEL, J., & Barnes, S. (2018). Biopsychology. United States: Pearson Education.
Bagus, nih ka artikelnya. Sensorimotor memang penting untuk menstimulasi tumbuh kembang anak.
BalasHapusMenarik banget kak, cuma mungkin ukuran fontnya bisa diperbesar hehe
BalasHapus